Danau Toba. |
VIVA – Hilangnya diduga seratusan orang yang menjadi korban tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatera Utara hingga saat ini masih menjadi misteri. Apalagi hingga hari ketiga pencarian pada Rabu 20 Juni 2018, baru 21 orang penumpang yang ditemukan.
Pengamat Keselamatan Transportasi Ruth Hanna pun mengungkapkan, rute penyeberangan ke Pulau Samosir tersebut memang bukanlah rute yang biasa. Sebab, ekosistem dan karakteristik danau tersebut berbeda dengan danau-danau lainnya.
Jika tidak diantisipasi dengan baik apabila terjadi kecelakaan. Sulitnya evakuasi korban pun bisa saja terjadi.
"Dari data dan lapangan, karena sifat Danau Toba yang lain, di dalamnya ada semacam tumbuhan yang bisa melilit ke bawah." ujar Ruth saat diwawancarai tvOne, Rabu 20 Juni 2018.
Selain itu di danau tersebut menurutnya, sering terjadi fenomena alam yang tidak biasa. Salah satunya adanya pusaran air di beberapa titik.
"Di danau tersebut sering terjadi kumparan-kumparan air ini yang bisa menghisap," ungkapnya.
Lebih lanjut ungkapnya, moda angkutan penyeberangan di kawasan tersebut pun menurut dia belum memadai. Berdasarkan pantauannya, angkutan tradisional yang ada di rute tersebut pun, masih banyak yang belum memenuhi standar keselamatan transportasi yang baik.
"KM Sinar Bangun itu bangunannya kayu, atasnya ada yang fiber ada yang besi. Sebenarnya kapal itu tidak untuk motor, kenyataan banyak," tambahnya.
Dia pun berharap, pemerintah ke depannya bisa memperbaiki tata kelola angkutan penyeberangan di rute tersebut sehingga kejadian serupa tidak terulang kembali.